Jumat, 24 Februari 2012

Siswa Jendro Nyumurupi Gustine


Siswa Jendro Nyumurupi Gustine
Oleh: Budi Siswanto Wongsojono

Aja Sinau Jendro mundak uripe sara, jare tuku suwal wae ora bisa
Red Ind : Jangan belajar ilmu Jendro sebab hidupmu akan sengsara, katanya beli celana pendek saja tidak mampu

Benarkah Masyarakat Jawa dalam sejarahnya termasuk orang-orang yang kalah?
Jika demikian, benarkah bahwa Kaweruh Jendro Hayuningrat yang adalah cikal bakal kaweru bagi bathinnya orang-orang jawa, dapat diartikan sebagai cerminan dari sikap hidup orang yang kalah?
           
Memang benar jika di tinjau dari filsafat Jawa, yaitu mengagungkan bathin lan urip sakmadya dan lebih merendahkan materi, mengenai hal ini nampak jelas dalam berbagai hal, terutama pandangan hidup orang-orang Jawa  selalu bersifat non-materi, jika kita fahami setiap isi pengajaran yang di sampaikan melalui Dawuh bahwa bimbingan kaweruh Jendro Hayuningrat sama persis dengan faham masyarakat jawa, yaitu lebih cenderung mengedepankan tata-krama   dan   kehalusan. Kepriayian dan kebudayaan adiluhung telah menjadi kebanggaan, mungkin merupakan sebuah pencapaian.
Maka dari itu, jika ada seorang Jawa atau orang lain ( bukan suku Jawa ) yang   bersikap   kasar terhadap sesama, maka masyarakat jawa akan  memberi sebutan  “ ora   njawani” yang artinya tidak bersikap Jawa atau bahkan “durung Jowo” (belum menjadi Jawa) karena       hanya yang halus dan berbudi luhurlah yang diakui sebagai “wis Jowo” ( sudah menjadi Jawa). Jadi ternyata banyak orang Jawa yang pandai membungkuk dalam bersikap, itu justru menjadikan dirinya sombong dan merasa dirinya paling unggul dalam santun dan  berbudi luhur.

Adanya dikotomi tanah Jawa – tanah sabrang (seberang) dalam hidup orang Jawa juga berangkat dari rasa unggul (secara kultural) semacam itu.   Tapi   orang "seberang” bahkan orang bule sekalipun,  asalkan ia halus tutur kata dan tindakanya oleh orang Jawa disebut sebagai "Jawa". Seolah-olah hanya orang Jawa yang punya kehalusan. Seorang teman saya bahkan tidak malu-malu menyebut bule atau China yang sarungan dan pakai baju koko atau baju jemblek, mereka sebut sebagai bule atau China yang njawani.

Cultural determinism dalam antropologi dulu dianggap produk Eropa dan merupakan gambaran keangkuhan bule Eropa. Orang lupa bahwa determinisme cultural ada juga di Jawa. Tetapi, apakah benar bahwa rasa unggul pada orang Jawa itu berawal dari ungkapan kegetiran masyarakat Jawa, akibat menderita kekalahan secara terus-menerus di bidang politik, ekonomi dan militer dalam menghadapi agresi Barat? Benarkah orang Jawa menggunakan kebudayaan sebagai selubung untuk menyembunyikan muka dari rasa malu, sebab telah menjadi pihak yang kalah melulu?
Dalam hidup sehari-hari terasa bahwa orang  yang mengejar materi dianggap ngaya (ngoyo) uripe alias memaksakan diri dalam hidup, dan ini merupakan sesuatu yang bukan Jawa. Hidup cara Jawa adalah tenteram dan harmoni dalam konotasi bathin, karena di sana tersirat bahwa materi tak bisa membawa ketenteraman. Tak heran bila orang Jawa lebih memilih mangan ora mangan waton ngumpul (makan tak makan yang penting kumpul).

Ada sebuah ungkapan Jawa yang lazim diutarakan oleh pelaku spiritual Jawa  “Numpak Mercy mbrebes mili, mikul dhawet uro-uro” (orang kaya naik Mercy tetapi sambil berurai air mata, tukang jual cendol bernyanyi karena bahagia), ungkapan ini merupakan simbol pemujaan atas hidup sakmadya dan merupakan bentuk penolakan materi seperti uraian diatas tadi. Dalam dunia Islam, gambaran masyarakat tentang Sufi selalu merujuk pada kesederhanaan dan penolakan terhadap keduniawian. Max Weber bahkan menganggap agama-agama Timur termasuk Islam, Budha dan Hindu tidak memiliki "asketisme duniawi" seperti Protestan yang melahirkan kapitalisme modern itu.


1
Karena asketisme agama-agama Timur bersifat mistis, "lari" dari duniawi dan mengejar hidup akhirat semata. Ironisnya seperti yang pernah ditulis Goenawan Mohamad, mereka yang "emoh" duniawi ini ternyata  selalu hidup dari dana yang dihimpun untuk mereka (orang-orang yang menjahui duniawi) dengan dalih persembahan atau sodakoh.
Di berbagai daerah ada Guru-guru lantaran yang menjalani hidup sebagai Pemencar kaweruh kasepuhan atau yang lazim disebut sebagai Pinisepuh dan beliu dimata masyarakat dikenal sebagai salah seorang pelaku Kejawen/Sufi, akan tetapi hidup ke-duniawi-annya mentereng. Rumahnya mewah, pakaiannya necis, mobilnya bukan hanya Kijang Inova namun beliu juga punya Mercy seri 3, adalah gambaran Kejawen yang tidak lazim dan yang melawan "stigma" yang sah itu.
Penulis punya seorang teman yang juga menjadi pamencar kaweruh kasepuhan di salah satu kota di Jawa Timur. Pada suatu pagi, beliu tampak  marah pada para siswanya,
karena para siswa didapatinya oleh beliu hanya memakai kaus oblong ala kadarnya ( warna sudah kusam dan tidak di setrika ) dan berikat kepala ( udeng) butut. Di pintu gerbang padepokan para siswa bertemu sang Pinisepuh yang dengan suara keras  mendamprat para siswa dari dalam sebuah Mercy yang licin mulus itu. "Kamu kira   kalau sudah menggembel begitu mesti masuk surga? Hidupmu itu belum tentu, tahu?.....Kalau mau menjadi siswa Jendro yang hebat, hiduplah yang mentereng di dunia dan mati masuk surga. Jangan kamu balik duniamu, sudah pating slawir (compang-camping), status akhiratmu aja masih ngambang. Pikiran romo pinisepuh ini jelas subversive, menjungkir-balikkan pandangan Jawa yang sejati tadi. Ia tidak mau "naik Mercy mbrebes  mili". Edan, po?, ia pun menolak mikul dhawet, meskipun sinambi uro-uro. Memang muskil dalam   pandangan   Jawa : numpak  (naik) Mercy tur(sambil) uro-uro. Sikapnya yang memilih hidup mulia di dunia dan mati berharap bisa masuk surga, bukan bentuk penerapan dari "hedonisme" para kawula muda yang bicara tentang "mumpung muda foya-foya, tua harus kaya raya dan mati masuk surga". Pilihan sikap hidup romo Pinisepuh ini serius. Ia bertolak dari dasar-dasar ajaran mulia. Kejawen atau Sufi yang mewah ini, dengan kata lain tidak terkena "najis" yang penting ke-kejawen-annya tidak "luntur". Ke-mentereng-annya dengan harta duniawi dan Mercy itu, tentunya sah-sah saja, sepanjang tak membuat dia lupa pada yang paling esensial yaitu Tuhan.
Duit, rumah mewah, Kijang Inova dan Mercy, semuanya dipahami hanya sebagai alat dan bukankah pelaku Jendro dihalalkan juga menggunakan alat semacam itu? Kejawen sekelas romo Pinisepuh ini kalibernya menyumbang, bukan hidup dari sumbangan. Beliu mereguk kemewahan dunia tapi tak terpenjara  oleh harta bendanya. Beliu hidup dengan asketisme duniawi, bukan asketisme mistis yang lari dari duniawi itu, beliu tidak mempertentangkan maupun mempermasalahkan hidup sakmadya dan materi. Sebaliknya, keduanya didamaikan, dibuat "manunggal" sebagai sarana tumuju yang atunggal dan penyerahan diri yang lebih komplet serta lebih total. Bagi beliu, perjalanan menuju keheningan memerlukan juga duit agar lebih hening.
Pada umumnya,  orang dekat pada Tuhan-nya ketika dalam kesulitan. Akan tetapi dalam keadaan senang, Tuhan sering ditinggalkan. Pinisepuh kita yang satu ini lain. Maka, barangkali di sini jawaban mengapa pandangan   hidup   Jawa   mengutamakan urip sakmadya dan menolak materi. Kenyataan yang kita temukan : orang Jawa lebih memilih mikul   dhawet sinambi uro-uro tinimbang numpak Mercy kanthi mbrebes mili karena naik Mercy      memang lebih besar godaannya. Jadi hanya Pinisepuh besar dengan kantong  “iman yang tebal” yang bisa naik Mercy sinambi uro-uro. Nuwun!












2
Serat Darmawasita ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada tahun 1878 M. Serat tersebut berisi tentang ajaran untuk mencapai keluarga sakinah.

Pupuh Dhangdhanggula
1 Mrih sarkara pamardining siwi/
winursita denira manitra/
nujwari Selasa Wage/ 
triwelas sasi Mulud/
kasanga Dal sengkaleng warsi/
wineling anengaha/
sariranta iku/
mring iki wasitaning wang/ 
marang sira putrengsun jaler lan estri/
muga padha ngestokna//

Supaya manis cara mendidik anak
diceriterakan bagaimana cara menulis
bertepatan hari Selasa Wage
13 bulan Maulud
ke -9 dengan sengkalan tahun
pesan ini ditujukan
kepadamu terhadap nasihatku ini
kepada putraku laki-laki dan perempuan
harap semuanya memperhatikan

2 Rehne sira wus dewasa sami/
sumurupa lakoning agesang/
suntuturi kamulane/
manungsa estri jalu papantaran denya dumadi/
neng donya nut agama/
jalu estri dhaup mongka kanthining agesang lawan kinen marsudi dawakken wiji/
ginawan budidaya//.

Karena kalian sudah sama –sama dewasa
ketahuilah jalan kehidupan
saya beritahu asal mulanya
manusia perempuan dan laki-laki
tidak banyak selisih usianya ketika dilahirkan
di dunia menurut agama
laki-laki perempuan kawin sebagai teman hidup
diperintahkan berusaha untuk memperpanjang benih
dibekali segala akal budi.

3 Yeka mongka srananing dumadi/
tumandhuke marang saniskara/
manungsa apa kajate/
sinembadan sakayun/
yen dumunung mring wolung warni/
ingaran asthagina/
iku tegesipun/
wolung pedah tumrapira/
marang janma margane mrih sandhang bukti/
kang dhingin winicara//

Sebagai sarana hidup
berlakunya pada segala sesuatu
sesuai dengan maksud manusia
semua kehendak tercapai
jika berpedoman pada delapan ajaran
yang dinamakan asthagina
itu artinya
delapan manfaat bagimu
yang ditujukan bagi manusia untuk mencari penghidupan
yang lebih dulu dibicarakan.

4 Panggaotan gelaring pambudi/
warna-warna sakaconggahira/
nuting jaman kalakone/
rigen ping kalihipun/
dadi pamrih marang pakolih/
katri gemi garapnya/
margane mrih cukup/
papat nastiti papriksa/
iku dadi margane weruhing pasthi/
lima wruh etung ika//.

Pekerjaan sebagai upaya akal budi
macam-macam sesuai kemampuanmu
sesuai dengan masa terjadinya
yang kedua tertib
menjadi sarana untuk memperoleh sesuatu
yang ketiga, berhematlah
jalannya agar kecukupan
yang keempat, teliti dalam melihat sesuatu
Itu menjadi jalan untuk mengetahui kepastian
yang kelima, mengetahui perhitungan.

5 Watek adoh mring butuh sahari/
kaping nenem taberi tatanya/
ngundhakken marang kawruhe/
ping pitu nyegah kayun/
pepenginan kang tanpa kardi/
tan boros marang arta/
sugih watekipun/
ping wolu nemen ing sedya/
watekira sarwa glis ingkang kinapti/
yen bisa kang mangkana//.

Tabiat jauh dari kebutuhan keseharian
keenam, rajin dalam bertanya
meningkatkan pengetahuan
ketujuh, mengendalikan kehendak
keinginan yang tidak berguna
tidak boros dalam keuangan
kaya wataknya
kedelapan, mempunyai kemauan yang keras
mempunyai watak serba cepat dalam mengerjakan sesuatu
kalau dapat demikian.

6 Angadohken durtaning kang ati/
anyedhakken rahayuning badan/
den andel mring sesamane/
lan malih wekasingsun/
aja tuman utang lan silih/
anyudakken derajat camah wekasipun/
kasoran prabawanira/
mring kang potang lawan kang sira silih/
nyatane angrerepa//.

Menjauhkan rasa iri
mendekatkan pada keselamatan badan
dapat dipercaya sesama
dan lagi pesanku
jangan membiasakan berhutang dan meminjam
mengurangi harga diri mendapat malu akhirnya
kalah kewibawaanmu
terhadap yang menghutangi dan yang meminjamimu
kenyataannya minta dikasihani

7 Luwih lara laraning kang ati/
ora kaya wong tininggal arta/
kang wus ilang piyandele/
lipure mung yen turu/
lamun tangi sungkawa malih/
yaiku ukumira/
wong nglirwakken tuduh/
ingkang aran budidaya/
temah papa asor denira dumadi/
tan amor lan sasama//.

Lebih sakit sakitnya hati
tidak seperti orang yang ditinggalkan uang
yang sudah hilang rasa percaya dirinya
terlibur hanya ketika tidur
ketika bangun bersusah lagi
itulah hukumannya
orang yang tidak menuruti nasihat
yang disebut budi dan akal
sehingga hina rendah dalam kehidupannya
tidak bergaul dengan sesama.

8 Kaduwunge saya angranuhi/
sanalika kadi suduk jiwa/
enget mring kaluputane/
yen kena putraningsun/
aja kadi kang wus winudi/
dupeh wus darbe sira/
panci pancen cukup/
becik linawan gaota/
ingkang supaya kayuman ning dumadi/
madu lamis sangsaya//.

Penyesalan yang semakin menjadi-jadi
seketika seperti hendak bunuh diri
ingat akan kesalahannya
kalau dapat putraku
janganlah terjadi seperti yang di atas
mentang-mentang engkau telah memiliki segalanya
persediaan yang cukup
lebih baik bekerja
supaya hidupnya terlindungi
terhindar dari kesengsaraan.

9 Rambah malih wasitaning siwi/
kawikana patraping agesang/
kang kanggo ing salawase/
manising netya luruh/
angedohken mring salah tampi/
wong kang trapsileng tata/
tan agawe rengu/
wicara lus kang mardawa/
iku datan kasendhu marangsasami/
wong kang rumaket ika//

Ada lagi nasihat anakku
ketahuilah akan tingkah laku hidup
yang untuk digunakan selama lamanya
manisnya hati yang halus
menjauhlah dari kesalahfahaman
orang yang berperilaku sopan
tidak akan membuat marah
bicaralah halus yang menyenangkan
itu tidak akan ditegur oleh sesama
orang yang akrab itu

10 Karya resep mring rewange linggih/
wong kang manut mring caraning bangsa/
watekjembar pasabane/
wong andhap asor iku/
yekti oleh panganggep becik/
wong meneng iku nyata/
neng jaban pakewuh/
wong aprasaja solahira/
iku ora gawe ewa kang ningali/
wong nganggo tepanira//.

Membuat senang teman duduk
orang yang menuruti aturan bangsanya
pergaulannya luas
orang yang merendahkan diri itu
selalu memperoleh anggapan baik
orang pendiam itu nyata
berada di luar kesulitan
orang yang bertingkah laku bersahaja
itu tidak membuat iri hati kepada orang yang melihat
orang yang memakai tenggang rasa

11 Angedohken mring dosa sayekti/
wong kang enget iku watekira/
adoh marang bilahine/
mangkana sulangipun/
wong kang amrih arjaning dhiri/
yeku pangolahira/
batin lahiripun/
ing lahir grebaning basa/
yeka aran kalakuwan ingkang becik/
margane mring utama//.

Menjauhkan dari dosa sejati
orang yang selalu ingat itu wataknya
jauh dari bahaya
demikianlah persoalannya
orang yang ingin mempunyai keselamatan diri
itulah cara mengolahnya
batin dan lahir
dalam lahirnya tercermin tingkah lakunya
yang disebut tingkah laku yang baik
jalannya menuju kepada keutamaan.

12 Pepuntone nggonira dumadi/
ngugemana mring catur upaya/
mrih tan bingung pamundhine/
kang dhingin wekasingsun/
anirua marang kang becik/
kapindho anuruta/
mring kang bener iku/
katri ngguguwa kang nyata/
kaping pate miliha ingkang pakolih/
dadi kanthi neng ndonya//

Kesimpulan dari pada kalian di dunia
taatilah empat upaya
agar tidak bingung memilihnya
yang pertama nasihatku
menirulah kepada yang baik
kedua, menurutlah
kepada yang benar
ketiga, percayalah pada hal yang nyata
keempat, pilihlah yang bermanfaat
jadi pegangan di dunia

Pupuh Kinanthi

1 Dene wulang kang dumunung/
pasuwitan jalu estri/
lamun sregep watekira/
tan karya gela kang nuding/
pethel iku datan dadya/
jalarane duk sayekti//

Adapun ajaran yang berkenaan
pengabdian suami istri
jika rajin wataknya
tidak membuat kecewa yang menyuruh
suka bekerja itu lakukanlah
sebab yang sesungguhnya

2 Tegen iku watekipun/
akarya lega kang nuding/
wekel marganing pitaya/
dene ta pangati-ati/
angedohken kaluputan/
iku margane lestari//.

Tekun bekerja itu wataknya
membuat senang bagi yang menyuruh
bersungguh-sungguh bekerja
menyebabkan dipercaya
adapun kehati-hatian
menjauhkan dari kesalahan
itu sebabnya lestari

3 Lawan malih wulangipun/
marganing wong kanggep nglaki/
dudu guna japa mantra/
pelut dhuyung sarandhesthi/
dumunung neng patrapira/
kadi kang winahya iki//

Dan ajarannya lagi
yang membuat orang dihargai sebagai laki-laki
bukan guna-guna japa mantra
pemikat halus sebagai sarana
untuk mencapai tujuan
ada dalam tingkah lakumu
seperti yang dinyatakan berikut ini

4 Wong wadon kalamun manut/
yekti rinemenan nglaki/
miturut marganing welas/
mituhu marganing asih/
mantep marganireng tresna/
yen temen den andel nglaki//

Kalau perempuan itu menurut
sungguh-sungguh akan disenangi suami
menurut menyebabkan sayang
menetapi perintah menimbulkan kasih
sungguh-sungguh mewujudkan cinta
kalau jujur dipercaya lelakinya.

5 Dudu pangkat dudu turun/
dudu brana lawan warni/
ugere wong pada krama/
wruhanta dhuh anak mami/
mring nurut nyondhongi karsa/
rumeksa kalayan wadi//.

Bukan pangkat bukan keturunan
bukan kekayaan dan rupa
syarat orang dalam perkawinan
ketahuilah wahai anakku
menurut dan mendukung kehendak (suami)
menjaga dengan rahasia

6 Basa nurut karepipun/
apa sapakoning laki/
ingkang wajib lineksanan/
tan suwala lan baribin/
lejaring netya saranta/
tur rampung tan pindho kardi//

Menurut artinya
apa pun yang diperintah lelaki
wajib dilaksanakan
tidak suka membantah dan mengulur-ulur waktu
senang menyelesaikan pekerjaan secepatnya
dan pekerjaan selesai tanpa pengulangan dua kali

7 Dene condhong tegesipun/
ngrujuki karsaning laki/
saniskara solah bawa/
tanya tur nyampah maoni/
apa kang lagi rinenan/
openana kang gumati//

Sedangkan yang dimaksud setuju
menyetujui apa pun yang dikehendaki suami
segala tingkah laku
bertanyalah tanpa mencela
apa yang sedang menjadi kegemarannya
rawatlah sebaik-baiknya

8 Wong rumekso dunungipun/
sabarang darbeking laki/
miwah sariraning priya/
kang wajib sira kawruhi/
wujud warna cacahira/
endi bubuhaning estri//.

Orang menjaga artinya
segala kepunyaan suami
dan sekaligus badannya
yang wajib engkau ketahui
bentuk, warna, dan jumlahnya
mana yang dimiliki istri


9 Wruha sangkan paranipun/
pangrumate den nastiti/
apa dene guna kaya/
tumanjane den patitis/
karana bangsaning arta/
iku jiwa dereng lair//

Ketahuilah asal-usulnya
rawatlah dengan teliti
juga dengan harta kekayaannya
pergunakanlah dengan tepat
karena yang namanya harta
itu ibarat sukma belum nyata

10 Basa wadi wantahipun/
solah bawa kang piningit/
yen kalair dadya ala/
saru tuwin anglingsemi/
marma sira den abisa/
nyimpen wadi ywa kawijil//.

bahasa rahasia artinya
tingkah laku yang tersembunyi
kalau diketahui orang menjadi jelek
tidak senonoh dan memalukan
maka hendaklah engkau dapat
menyimpan rahasia jangan sampai diketahui orang lain

Pupuh Mijil

1 Wulang estri kang wus pala krami/
lamun pinitados/
amengkoni mring bale wismane/
among putra maru sentanabdi/
den angati-ati/
ing sadurungipun//.

Ajaran untuk wanita yang sudah menikah
kalau dipercaya
mengatur rumah tangganya
mengasuh anak, madu dan abdi
berhati-hatilah
sebelumnya

2 Tinampanan waspadakna dhingin/
solah bawaning wong/
ingkang bakal winengku dheweke/
miwah watak pambekane sami/
sinukna ing batin/
sarta dipunwanuh//.

Terimalah dan waspadailah lebih dulu
tingkah lakunya seseorang
yang akan diperistrinya
termasuk watak kebiasaanya
perhatikanlah dalam batin
serta kenalilah

3 Lan takokna padatan ingkang wis/
caraning lelakon/
miwah apa saru sesikune/
sesirikan kang tan den remeni/
rungokena dhingin/
dadi tan pakewuh//.

Dan tanyakan kebiasaannya yang sudah-sudah
cara kehidupannya
termasuk hal-hal yang tidak disukainya
semua pantangan dan yang tidak disukainya
dengarkanlah dahulu
agar tidak menimbulkan kesulitan

4 Tumpraping reh pamanduming wanci/
tatane ing kono/
umatura dhingin mring priyane/
yen pinujuno ing asepi/
ywa kongsi baribin/
saru yen rinungu//

Bagi pengaturan waktu
yang berlaku di situ
bicarakan dulu dengan suami
di kala waktu senggang
jangan sampai terjadi kesalahfahaman
memalukan kalau terdengar

5 Mbokmanawa lingsem temah runtik/
dadi tan pantuk don/
dene lamun ingulap netyane/
datan rengu lilih ing penggalih/
banjurna derangling/
lawan tembung alus//

Mungkin malu sehingga hatinya marah
sehingga tidak mencapai tujuan
adapun jika ditolak hatinya
tidak marah dan berkenan hatinya
teruskan pembicaraanmu
dengan perkataan yang halus

6 Anyuwuna wulang wewalere/
nggonira lelados/
lawan endi kang den wenangake/
marang sira wajibing pawestri/
anggonen salami/
dimen aja padu//.

Mintalah petunjuk aturannya
didalam engkau melayani
serta mana yang diperbolehkan
kepada engkau yang menjalankan kewajiban sebagai istri
pergunakan hal ini selamanya
agar tidak terjadi pertengkaran.

7 Awit wruha kukune jeng Nabi/
kalamun wong wadon/
ora wenang andhaku darbeke/
priya lamun durung den lilani/
mangkono wong laki/
tan wenang andhaku//.

Karena ketahuilah hukum Nabi
kalau seorang wanita
tidak berwenang mengakui miliknya
pria kalau belum diizinkan
demikianlah orang bersuami
tidak berwenang mengakui barang itu sebagai miliknya

8 Mring gawane wong wadon kang asli/
tan kena denemor/
lamun durung ana palilahe/
yen sajroning salaki sarabi/
wimbuh raja ta di/
iku jenengipun//

Terhadap harta bawaan orang wanita yang asli
tidak boleh dicampur
sebelum ada izin
bila dalam perkawinan
kekayaan bertambah
itu namanya

9 Gana gini pada andarbeni/
lanang lawan wadon/
wit sangkane saka sakarone/
nging wewenang isih aneng laki/
marma ywa gagampu/
raja ta di mau//

Gana-gini dimiliki bersama sama
laki-laki (suami) serta istri
karena harta itu datangnya dari mereka berdua
tetapi yang berhak masih suami
oleh karena itu jangan engkau meremehkan
yang dinamakan kekayaan tadi

10 Gana gini ekral kang njageni/
saduman wong wadon/
kang rong duman wong lanang kang darbe/
lamun duwe anak jalu estri/
bapa kang wenehi/
sandhang panganpun//.

Harta yang diperoleh sejak menikah merupakan harta yang
harus dijaga sungguh-sungguh
yang sebagian untuk istri
yang dua bagian suami yang memiliki
apabila mereka memiliki anak laki-laki atau perempuan
bapak yang memberi
sandang pangan mereka

11 Pamo pegat mati tuwin urip/
nggonira jejodhon/
iku ora sun tutur kukume/
wewenange ana ing sarimbit/
ing mengke mbaleni/
tuturingsun mau//.

Apabila cerai baik mati atau hidup
dalam berumah tangga
itu tidak kuberitahukan peraturannya
wewenangan ada di mereka berdua
sekarang kembali lagi pada
nasihatku tadi

12 Yen wus sira winulang wineling/
wewalere condhong/
lan priyanta ing bab pamengkune/
bale wisma putra maru abdi/
lawan raja ta di/
miwah kayanipun//.

Setelah engkau diajari nasihat
setuju dengan peraturan
suamimu dalam hal mengemudikan
rumah tangga, anak, madu, abdi
dan kekayaan
dengan penghasilannya

13 Iku lagi tampanana nuli/
ingkang nastitiyo/
tinulisan apa saanane/
tadhah putra selir santanabdi/
miwah raja ta di/
kagunganing kakung//.

Baru terimalah dengan seksama
dengan teliti
tuliskan apa adanya
juga anak, selir, dan para abdi
dengan kekayaan
kepunyaannya lelaki

14 Yen wus tlesih nggonira nampani/
sarta wis waspaos/
aturena layang pratelane/
mring priyanta paran ingkang kapti/
ngentenana malih/
mring pangatagipun//

Setelah dengan jelas kau menerimanya
serta sudah waspada
haturkanlah surat perinciannya
kepada suamimu tentang pekerjaan itu
tunggulah kembali
kepada perintahnya

15 Kang supaya aja den arani/
wong wadon sumanggon/
bokmenawa gela ing batine /
becik apa ginrayang muni/
mring kayaning laki/
kang yogya satuhu//

Agar supaya jangan dituduh
wanita yang sombong
mungkin kecewa dalam batinnya
lebih baik rabalah hatinya
pada penghasilan lelaki
yang patut senyatanya

16 Ing sanadyan lakinira becik/
momong mring wong wadon/
wejanana kang mringna liyane/
jer manungsa datan nunggil kapti/
ana ala becik/
ing panemunipun//

Walaupun lelakimu baik
dapat ngemong wanita
ketahuilah sifat-sifat yang lain
karena sebagai manusia tidak akan selalu sama keinginannya
ada jelek baiknya
dalam pendapatnya

17 Lamun kinen banjur ambawani/
ywa age rumengkuh/
lulusena lir mau-maune/
aja nyuda, aja amuwuhi/
tampanana batin/
ngajarna awakun//

Kalau kemudian disuruh mengurusi
janganlah cepat-cepat menyanggupi
luluskanlah seperti sedia kala
jangan mengurangi, jangan menambahi
terimalah dalam batin
belajarlah dengan tulus

18 Endi ingkang pinitayan nguni/
amengku ing kono/
lestarekna ywa lirip atine/
slondhohona, lilipuren asih/
mrih trimaningati/
kena sira tuntun//.

Mana yang dipercaya dulu
yang menyamai di situ
lestarikan agar tidak kecewa hatinya
ajaklah bicara, hiburkanlah dengan penuh kasih sayang
supaya hatinya dapat menerima
dapat engkau bimbing

19 Yen wus cukup acukup pikiring/
wong sajroning kono/
lawan uwis metu piandele/
marang sira ora walang ati/
iku sira lagi/
ngetrap pranatanmu//.

Kalau sudah cukup setuju dan cakap pemikirannya
orang di dalamnya sana
dan sudah percaya
kepadamu tanpa ragu-ragu
itu engkau baru
menerapkan peraturanmu

20 Wewatone nyongga sandhang bukti/
nganakken kaprabon/
jalu estri supangkat pangkate/
iku saking pametu sesasi/
utawa sawarsi/
para gunggungipun//.

Kuncinya mengatur kebutuhan sehari-hari
menyelenggarakan rumah tangga
suami istri sepakat mengatur pengeluaran
itu dari penghasilan sebulan
atau setahun
berapa pun jumlahnya.